Hallo Sobat Mathematics, kali ini saya akan membahas tentang Sejarah Angka 1. Semoga bermanfaat and Enjoyy
Alat bantu hitung selain anggota badan diperkirakan
mulai digunakan sejak Zaman Paleolitikum Akhir, sekitar 30.000–50.000 tahun
yang lalu. Batu kerikil menjadi salah satu alat bantu hitung utama saat itu.
Sekadar trivia: kata calculation (penghitungan) berasal dari bahasa Latin
calculus, bentuk diminutif dari calx (batu gamping), kemungkinan dipinjam dari
bahasa Yunani Kuna χάλιξ (khálix) yang artinya batu kerikil
Alat bantu lain yang sering digunakan adalah tulang atau
tongkat kayu yang ditoreh. Kenal dengan simbol-simbol di bawah ini?
Inilah yang disebut tally marks (tanda penghitung),
sistem bilangan unary (basis satu) yang dulunya sering ditorehkan pada tulang
atau tongkat kayu sebagai alat bantu hitung.[2] Sistem ini merupakan salah satu
sistem pencatatan tertua di dunia, cikal-bakal perekaman bahasa dalam bentuk
tertulis. Tally marks ditemukan di berbagai kebudayaan purba terlepas
lokasinya. Simbol-simbol inilah juga yang kemudian melahirkan sistem penulisan
bilangan yang lain.
Mulai dari angka Romawi,
angka China,
semuanya memiliki kesamaan, yaitu menggunakan simbol
serupa tally marks untuk setidaknya tiga digit pertama.
Seiring waktu, simbol-simbol ini berevolusi, namun angka
1 tetap mempertahankan bentuk distingtif sekali garisnya (one stroke). Berikut
evolusi penulisan angka satu di sistem Brahmi.
Bentuk paling kananlah yang lazim digunakan oleh orang
Arab dan dibawa ke Eropa—oleh karena itu kita menyebutnya “Angka Arab”. Di
Eropa, terkadang angka ini ditambahi serif horizontal di bagian bawah, mungkin
terpengaruh sistem Romawi yang dipakai sebelumnya.
Menariknya, jika kita bandingkan kembali dengan tally
marks di atas, angka 1 seolah kembali ke bentuk asalnya setelah beribu-ribu
tahun!
Dari sisi bahasa, kata “satu” etimologinya cukup menarik.
Bentuk Proto-Melayik dari kata ini adalah *əsaʔ menurut rekonstruksi Adelaar. Keturunan langsungnya adalah kata “esa” di
bahasa Melayu/Indonesia Modern.[7] Sebagai pembanding, di bahasa-bahasa Melayik
lainnya, ada so (Kelantan-Pattani), asa (Banjar), saq (Urak Lawoi’), sao (Kerinci),
dan sebagainya.
Kata “satu” sendiri kemungkinan berasal dari
leksikalisasi *sa- + *(i)tu(ʔ). Imbuhan *sa- merupakan bentuk pendek dari *əsaʔ. Padanannya di bahasa Melayu Modern adalah imbuhan “se-”. Sedangkan
*(i)tu(ʔ) merupakan nenek moyang dari kata “itu”.
Sederhananya, kata “satu” kemungkinannya berasal dari
“se-itu”, dimana “itu” merupakan kata ganti untuk apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar